Oleh : Zainul Arifin*

Mengikuti tahapan peradaban versi Alvin Toffler dalam bukunya “Gelombang Ketiga” dan “Kejutan Masa Depan”, saat ini sebagian besar warga dunia berada dalam tahap Peradaban Informasi, dimana informasi dan komunikasi cepat menjadi kebutuhan sangat penting bagi masyarakat. Komputer yang masa awalnya sebesar almari kini telah dapat hadir di mana saja, di atas pangkuan kita (laptop) atau dalam genggaman tangan (palmtop/PDA).
Radio transistor yang awal kelahirannya menggunakan tabung-tabung gelas aneka ukuran, kini menjadi lebih simpel, lebih kecil bahkan terintegrasi dengan fasilitas lain semisal pemutar kaset/CD/VCD di mobil dan hand phone (HP) sehingga dapat didengar di mana saja. Dalam keadaan demikian, informasi dan akses komunikasi cepat menjadi satu kebutuhan yang telah menempati “jantung” kehidupan masyarakat modern. Begitu dominannya kebutuhan informasi ini, orang yang kehilangan alat informasi dan komunikasi seolah-olah kehilangan “sebahagian nyawa hidupnya”.

Sesungguhnya yang membuat alat komunikasi dan penerima informasi itu menjadi sangat penting bukanlah harga bendanya, namun kegunaan dan data yang mungkin tersimpan di dalamnya. Sebuah laptop yang mahal di tangan masyarakat Gelombang Pertama, misalnya yang masih menghuni di pedesaan terpencil atau daerah terisolir, tidaklah berarti apa-apa. Ia mungkin hanya akan dijadikan alas memotong sayur atau mengiris bawang merah. Namun bagi masyarakat Gelombang Ketiga, laptop itu dapat berharga tiga kali lipat lebih mahal dibanding harga beli barangnya. Maka tak heran jika orang kehilangan laptop yang disesali adalah hilangnya data yang sangat berarti baginya.

Keadaan serupa di atas berlaku pula dengan dunia hand phone (HP/hape). Revolusi telepon dari fixed (tetap/rumahan) menjadi mobile (bergerak) sangat membantu kita dalam hal informasi dan komunikasi. Dengan hape, kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang kita perlukan tanpa kerepotan mencari wartel seperti waktu yang lalu. Dengan hape, kita dapat berkomunikasi oral (lisan) dan verbal lewat Short Massage Service (SMS) bahkan dengan gambar dan video. Kecanggihan hasil teknologi ini menolong mempermudah kehidupan kita. Prof. M. Quraish Shihab bilang, dengan agama hidup menjadi terarah, dengan teknologi hidup menjadi lebih mudah. Seiring banyaknya perusahaan pembuat hape dan operator jaringan komunikasi, harga di pasaran pun kian murah. Tak heran jika anak-anak SD, tukang becak, penjaja sayur pun asyik berhape ria.


SMS Dakwah dan SMS ‘Dukun’

Kehebohan ini dalam pandangan para da’i dan muballigh adalah peluang untuk berdakwah. Toh metode dakwah bukan ceramah belaka. Maka bersyukur atas berkah teknologi hape, dikombinasikan dengan software komputer, muncullah siaran dakwah lewat hape, baik dengan SMS atau lisan yang dapat disiarkan pula langsung lewat siaran radio. Di tataran nasional, layanan dakwah lewat SMS berlangganan diawali oleh KH Abdullah Gymnastiar, Ikhsan Tanjung, Didin Hafiduddin dan Arifin Ilham. Masyarakat yang berminat dapat memilih salah satu ustadz atau borongan dengan mendaftar (REG) ke operator, cukup dengan mengetik kode yang ditunjukkan lewat iklan dan mengirim ke nomor yang dituju. Tak lama kemudian, ia akan menerima konfirmasi registrasi dan akan segera mendapat siraman ruhani setiap hari. Bukan hanya siraman ruhani, dengan fasilitas hape, kita dapat pula minta do’a, pilihan ayat al-Qur’an ataupun hadis-hadis yang telah masuk dalam database penyedia layanan dakwah SMS ini. Inilah salah satu berkah teknologi dalam menolong mempermudah penyebaran dakwah Islam kepada masyarakat. Kini layanan SMS dakwah sudah meluas sampai di daerah-daerah dengan pelayanan dari da’i atau muballigh setempat. Alhamdulillah.

Namun rupanya layanan SMS bukan hanya dilirik da’i untuk berdakwah. Ia pun dilirik para penipu untuk mencari mangsa kepada warga masyarakat yang tidak cukup cerdas dan waspada. Yang tak mau ketinggalan adalah para paranormal, cenayang, peramal dan ‘dukun’. Dulu orang datang kepada mereka, sekarang mereka yang datang kepada masyarakat lewat hape dengan cara berlangganan. Sebagian para paranormal, cenayang dan peramal itu beriklan di media massa dan meminta pemirsa berlangganan ramalan hidupnya dengan cara mengirim nama atau nomor hape (maksudnya sim card) kita. Begitu pun yang ingin tahu ramalan hidupnya melalui astrologi atau zodiac, ada layanannya pula.

Jadi selain ada SMS dakwah, ada pula SMS “perdukunan” modern. Inilah yang disebut peperangan via SMS. Padahal dalam Islam perihal perdukunan dan peramalan hidup adalah perkara yang besar. Sebab ia dapat mengotori keimanan seseorang dan menggoyahkan ketaqwaannya kepada Allah Swt. Dalam hadis diriwayatkan, ”Dari Hafshah, dia berkata, bersabda Rasulullah SAW, ”Barang siapa mendatangi dukun peramal dan bertanya tentang sesuatu maka shalatnya selama empat puluh malam, tidak akan diterima’.” (HR. Muslim). Dalam redaksi yang lain, dari Shafiyah binti Abi ’Ubaid (istri Nabi), Nabi bersabda, ”Barang siapa mendatangi dukun peramal dan bertanya tentang sesuatu kemudian ia membenarkannya maka shalatnya selama empat puluh hari tidak akan diterima’.” (HR. Muslim). Kedua hadis di atas adalah shahih. Banyak lagi hadis semakna yang diriwayatkan oleh Ahmad, al-Hakim, Baihaqi, Thabrani.

Dalam hadis shahih yang dikeluarkan Al-Bukhari, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibn Majah diriwayatkan, ”Dari Abdullah bin Mas’ud dari Rasulullah SAW bersabda, ’Ramalan mujur-sial adalah syirik (Rasul mengulanginya tiga kali) dan tiap orang pasti terlintas dalam hatinya perasaan demikian, tetapi Allah menghilangkan perasaan itu dengan bertawakkal’.”

Pada zaman dahulu orang menemui dukun dan peramal dengan datang bertatap muka, kini menemui dan berbicara dengan dukun dan peramal dapat dilakukan jarak jauh dan berlangganan dengan fasilitas SMS. Essensinya sama dan hukumnya pun sama. Yakni haram dan berdosa. Tentu ada orang yang berkilah bahwa bertanya ramalan lewat SMS hanya iseng, namun hal itu terjawab dengan hadis riwayat al-Bukhari di atas. Bahwa setiap orang dapat terlintas untuk mengetahui nasib hidupnya, baik iseng atau sungguh-sungguh. Karena hal itu dapat menggoyahkan iman, maka ia sangat dilarang, dan Allah menegaskan agar kita bertawakkal kepada-Nya. Allahu a’lam.


Penulis bekerja di Kanwil Depag Prov. Kalbar

0 komentar