(Diolah dari tulisan Wardanah binti Anwar Rofi'ie oleh Arsjad)

Inilah sekelumit pengalaman dan kesan-kesan saya kepada almarhum bapak/simbok H. Anwar Rofi'ie, Ngledok yang tertanam di lubuk hati saya dan sangat dalam. CERITAKU BERIKUT ADALAH WUJUD : INGIN MENIRU DAN MENERUSKAN PERJUANGAN BELIAU - BELIAU walaupun sangat sulit.

Bagaimana bapak dan simbok melaksanakan pendidikan agama Islam ?
  • Pendidikan untuk putra-putrinya diarahkan ke pendidikan agama. Bapak maupun simbok punya perhatian sama dan saling mendukung. Bapak & simbok memberi contoh konkrit membimbing dan mendorongnya. Bapak/Simbok mengamalkan TUNTUNAN AGAMA ISLAM dengan mengikuti Muhammadiyah secara konsisten. Bapak menunaikan ibadah haji bersama ibunya tahun 1926 dan simbok tahun 1968 diantarkan Kang Asy’ari.

  •  
    Dibiasakan sejak kecil kami bertiga dengan Yu Djamimah, Yu Nafi'ah mengaji Al Qur'an di rumah / dititipkan ke Ibu Zaroah (Ny Abd. Sayuti) Pondongan. Dibiasakan pula salat 5 waktu, puasa, dan salat maghrib selalu berjamaah. Kami disuruh mengajar mengaji anak-anak Ngledok dan Semoyan yang dilakukan di rumah.


  • Kegiatan DB (Dirosatul Banat) dari NA (Nasyiatul 'Aisyiyah = kegiatan untuk putri-putri anak Muhammadiyah) diharuskan ikut (meski jauh) setiap malam Jum'at.
    Bapak memimpin kegiatan ibadah seperti Yasinan & Tahlil, Nyadran tiap bulan Ruwah (Sya'ban). Sesudah Muhammadiyah menetapkan bahwa tidak ada dalil untuk kegiatan tersebut lalu bapak menghentikannya. Selain kegiatan ibadah yang terselenggara di rumah maka kegiatan di Surau (Jawa : Langgar) dilaksanakan bersama sesepuh lingkungan, misalnya Kang Wardoyohartono, Kang Zuhri Hasyim & Kang Adham Hasyim serta Wo Dimyati, dan lain-lain.

  • Membantu dana mendirikan bangunan SD Muhammadiyah Purbayan dan SD Muhammadiyah Mertosanan. Keluarga mewakafkan rumah joglo Ngledok untuk mendirikan bangunan Masjid Semoyan dan sebidang sawah di desa Sanggrahan untuk membantu pembangunan Masjid Mrican, adalah untuk merealisasikan wasiyat Simbok atas sebagian warisannya.



  • Bapak berpesan : “senengo wakaf koyo Ismail (pemilik Toko Terang Bulan Malioboro Yogyakarta). Wong wakaf kuwi ora marahi mlarat.”
    Dan selain berpesan maka kami diajak membantu menghitung zakat, disuruh mengantarkan zakat kepada mustahik, tetangga dan kerabat.


  • Pada musim paceklik menjual beras murah untuk tetangga-tetangga. Hasil panen lainnya (selain padi) selalu dibagikan ke tetangga.

  • Simbok mengadakan tarwehan dan menjadi imam tetap dan sesudah tarweh simbok memimpin sendiri tadarus Al Qur’an beranggotakan para tetangga dari Ngledok, Ndalem dan Cokroyudan.

  • Ketika simbok dirawat Di PKU Muhammadiyah Yogyakarta telah berwasiat kepadaku dan Kang Bashori bahwa beliau punya simpanan uang untuk ikut meringankan biaya pendidikan santri di Pondok Pesantren Gontor Jatim dan Pabelan Jateng.


Saya simpulkan : bapak simbok mendidik (tidak hanya mengajar). Beliau, bapak dan simbok, itu mendidik putra-putrinya agar bukan hanya kaya harta saja tetapi kaya harta yang bermanfaat untuk ibadah. Kesimpulanku ini sangat kuyakini kebenarannya sesaat mendengar jawaban simbok atas pertanyaan bapak waktu berdialog sepulang ibadah haji simbok (1968) :

Bapak tanya : “ Opo anak anake didongakke ben podho sugih ?”
Jawab simbok : “ Mboten ming kula dongakke biso munggah kaji kabeh. Nek biso munggah kaji niku rak nggih sugih to !”




Artikel terkait :


0 komentar