Oleh : Zainul Arifin

Beberapa hari yang lewat, kita menyaksikan tayangan berita di televisi yang sungguh dramatis yakni usaha percobaan bunuh diri seorang perempuan muda di Palembang. Setelah memotong urat nadi di tangannya, perempuan itu mencoba terjun dari lantai atas sebuah mall. Kamera wartawan menangkap momen menegangkan itu. Meski si perempuan tersebut dapat diselamatkan oleh warga yang sudah menyiapkan kasur di bawah, tapi pendarahan dari urat nadi yang disayat di tangannya membuat ia hampir sekarat.



Dari pemberitaan yang dapat kita tangkap, percobaan bunuh diri itu dilatarbelakangi kesulitan si perempuan untuk mempertanggungjawabkan uang yang telah dipakainya di tempat kerjanya. Pemakaian uang itu tidak semata untuk keperluan dirinya, namun dikabarkan juga atas permintaan lelaki pasangannya. Setelah mengalami kebuntuan akhirnya ia sampai pada tekad untuk mengakhiri hidup dengan memotong urat nadi tangannya dan melompat dari atas ketinggian mall.

Fenomena bunuh diri dengan beragam cara, termasuk dengan cara melompat dari mall atau tower seluler yang kini marak, sungguh meresahkan. Bukan cara yang dipilih untuk mengakhiri hidup itu, tapi keputusan seseorang untuk bunuh diri itulah yang sangat memprihatinkan. Bunuh diri tentulah ujung dari sebuah keresahan, kegalauan pribadi seseorang dalam mengarungi hidup yang dirasanya sangat sulit dipecahkan. Karena usaha bunuh diri adalah sangat pribadi maka pada masa lalu dan biasanya bunuh diri direncanakan dan dilakukan secara rahasia.

Iman Budhi Santosa dan Wage Daksinarga dalam bukunya, “Tali Pati, Kisah-kisah Bunuh Diri di Gunung Kidul” (Yogyakarta, 2003) menulis bahwa pelaku bunuh diri sangat merahasiakan : rencana, perbuatan, dan alasan mengapa bertindak demikian. Sejumlah bukti yang dapat diajukan antara lain : tidak pernah memberi tahu secara eksplisit kepada orang lain bahwa ia akan bunuh diri, rencana sudah dipikir masak-masak seorang diri, sikap perilaku sangat dijaga agar tidak menimbulkan kecurigaan, waktu dan tempat bunuh diri dipilih ketika benar-benar sepi, sehingga kecil kemungkinan untuk diketahui, dan jarang meninggalkan pesan atau catatan karena takut latar belakang perbuatannya diketahui orang.

Mengapa seseorang sampai kepada keputusan untuk bunuh diri? Terhimpit masalah ekonomi, kehilangan orang yang dikasihi, dan masih banyak lagi masalah dalam hidup yang memicu tindakan bunuh diri. Sedangkan yang lainnya adalah karena gangguan mental. Menurut Norman Wright, 10 persen orang bunuh diri dengan alasan tidak jelas, 25 persen orang yang melakukan tindakan bunuh diri karena menderita ketidakstabilan mental dan 40 persen karena mengikuti kata hati ketika mengalami gangguan emosi. Yang pasti banyak orang melakukan bunuh diri karena ingin segera keluar dari masalah dan tekanan hidup.

Masyarakat kita begitu tertekan mengahadapi kenyataan hidup yang makin menjepit. Harga kebutuhan tinggi, pekerjaan sulit didapatkan. Bahkan kini, banyak orang tua pasrah anak mereka tidak sekolah, karena tingginya biaya yang harus mereka keluarkan. Semua itu, membuat masyarakat mengalami depresi, dan menjadi faktor awal tumbuhnya benih keinginan, untuk lari dari semua itu dengan cara pintas. Bunuh diri. karena itulah pelaku bunuh diri tidak saja datang dari komunitas masyarakat kelas bawah.

Seluruh kesulitan yang dihadapi pelaku bunuh diri bukanlah sesuatu yang khas atau unik yang hanya menimpa orang yang bersangkutan. Banyak orang yang mempunyai masalah yang sama namun tidak sampai pada keputusan untuk bunuh diri. Dalam hal ini tentu saja kekuatan mental, stabilitas mental seseorang sangat berpengaruh. Mentalitas itu dapat diperkuat dengan unsur agama yang mampu meneguhkan kepribadian seseorang. Tatkala seluruh daya upaya seorang manusia tak mampu lagi mengatasi masalahnya, maka Tuhanlah yang masih bisa dijadikan rujukan. Dalam Islam ialah Allah Swt. Harapan akan berkah dari Allah Swt inilah yang memungkinkan seseorang bertahan hidup dari kesulitan yang membelitnya. Dan ”ketakutan” akan balasan yang setimpal atas dosa bunuh diri yang bakal diterimanya kelak, telah mencegahnya untuk melakukan tindakan konyol itu. Dalam Qs. Al-Fatihah ayat 5 Allah berfirman yang artinya, ”Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan.” Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.

Bantuan diperlukan tatkala kita tidak dapat, terhalang atau sulit meraih sesuatu yang kita perlukan atau inginkan. Bantuan adalah mempermudah melakukan sesuatu yang sulit diraih oleh yang memintanya dengan jalan misalnya, mempersiapkan sarana pencapaiannya, partisipasi dalam aktivitas baik dalam bentuk tenaga, harta, nasehat atau pikiran. Permohonan kepada Allah, tulis M. Quraish Shihab, adalah permohonan agar Dia mempermudah apa yang tidak mampu diraih oleh yang bermohon dengan upaya sendiri. Tentu saja dalam upaya ini seseorang tidak berarti berpelas diri dari masalahnya, ia terus terlibat di dalamnya, dalam usaha mengatasi masalahnya sendiri. Kita dituntut untuk berperan, sedikit atau banyak sesuai dengan kondisi yang kita hadapi.

Komunikasi adalah salah satu jalan mencegah usaha bunuh diri. Komunikasi dilakukan oleh orang dekat yang melihat saudaranya terbelit kesulitan yang berat, sehingga dapat mengurangi beban pikiran atau beban mentalnya. Kadang seseorang mencoba bunuh diri karena merasa tak ada lagi kawan yang mau mendengar keluh kesahnya. Seseorang tidak boleh mengutarakan niat untuk bunuh diri karena ucapan itu bisa jadi akan memprovokasinya. Orang yang mendengar seseorang yang mengatakan keinginan untuk bunuh diri tidak boleh menyepelekan, karena sesungguhnya hal itu berarti ia minta pertolongan.

Dan diatas segala saran yang bisa diberikan, penguatan agama pada setiap orang adalah yang fundamental agar usaha bunuh diri dapat dicegah. Dalam Qs. An-Nisa ayat 29-30 Allah berfirman yang artinya, ”..... dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” Sedang Rasulullah bersabda dalam hadisnya, ”Barangsiapa menjatuhkan diri dari gunung untuk bunuh diri maka dia di dalam neraka Jahannam, jatuh ke dalamnya kekal dan dikekalkan selama-lamanya. Barangsiapa meneguk racun kemudian membunuh dirinya, maka racunnya ada pada tangannya dan ia meneguknya di neraka Jahannam, kekal dan dikekalkan selama-lamanya ... dst.” (HR Al-Bukhari dari Abu Hirairah/Shahih Al-Bukhari hadis no 5442)
Dari ayat dan hadis di atas sangat jelas bahwa bunuh diri adalah perbuatan dosa besar yang sangat dibenci Allah. Hukumannya sangat berat. Orang yang bunuh diri sejatinya tidak menyelesaikan masalah, hanya mengalihkan masalah dari dunia fana saat ini ke alam akhirat kelak. Allahu a'lam.

1 komentar

  1. MBAH JAYA WARSITO // 19 Mei 2016 pukul 10.12  









    Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!


    1"Dikejar-kejar hutang

    2"Selaluh kalah dalam bermain togel

    3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel


    4"Anda udah kem***-m*** tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat


    5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
    tapi tidak ada satupun yang berhasil..







    Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI JAYA WARSITO akan membantu
    anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
    butuh angka togel 2D ,3D, 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
    100% jebol
    Apabila ada waktu
    silahkan Hub: KI JAYA WARSITO DI NO: [[[085-342-064-735]]]


    ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D


    ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND



    ANGKA RITUAL: SIDNEY 2D/3D/4D
    DAN D*** GHOIB